Situs seputar berita, foto, video budaya dan wisata di Sulawesi Barat

Cumi, Barang Mewah Untuk Nelayan Mandar

Cumi, Barang Mewah Untuk Nelayan Mandar 

Cumi, komoditas laut  yang jadi barang mewah bagi nelayan Mandar, mengapa? karena jika dibandingkan dengan komoditas ikan harga jual cumi lebih mahal dibandingkan ikan, cumi lebih mudah ditangkap, apalagi jika tiba musimnya, jumlahnya yang semakin banyak akan menjadikannya lebih mudah ditangkap. Namun dibalik itu berburu Cumi juga punya risiko. Nyaris setiap tahunnya ada nelayan Mandar yang meregang nyawa di perairan sepanjang Selat Makassar, akibat hilang saat berburu cumi. 

Betapa tidak jika untuk harga jual Cumi yang sangat menggiurkan, menurut penuturan warga pesisir di Sendana, Kabupaten Majene pada puncak musim cumi seorang nelayan dapat memperoleh hasil penjualan Cumi Rp 1.000.000 dalam semalam, jika dikalikan 30 hari, maka mereka mendapatkan hasil Rp 30.000.000 dalam sebulan, ini jika hasilnya selalu sama dalam semalam. 

Harga cumi juga biasanya akan menyesuaikan dengan hukum permintaan di pasaran, jika awal musim, harganya cukup tinggi, misalnya untuk saat ini, di tingkat nelayan (tangan pertama) harga 1 kg Cumi ditawarkan dengan Rp 30.000. Dalam 1 kg biasanya ada 3-4 ekor cumi berukuran besar. Jenis cumi yang ada di perairan Kabupaten Majene, adala jenis yang berukuran sedang hingga besar, sangat jarang ditemukan jenis cumi yang berukuan kecil.  Di tangan kedua (pedagang motor) yang membeli langsung dari nelayan akan memberi harga Rp 35.000 per kg, dan sampai ke pasar tradisional maka harganya biasa menyentuh Rp 40.000 per kg. 

Pada puncak musim maka dipastikan harga cumi akan jatuh, karena ada banyak nelayan Mandar yang berburu Cumi, mulai dari nelayan di kota Majene dan Pamboang biasanya akan bergerak ke Utara Majene ke arah kecamatan Sendana, hingga kecamatan Tammerodo Sendana untuk menangkap cumi. Saat cumi membanjiri pasar, maka dapat dipastikan harganya akan turun, kadang menyentuh angka Rp 20.000/kg.

cumi nelayan mandar
Cumi yang diburu oleh nelayan Mandar di perairan kabupaten Majene (Foto : ilustrasi)
 

Cumi segar yang didaratkan di perairan sepanjang kabupaten Majene, akan dikirim dalam kotak box dengan es, dan dikirimkan dengan menggunakan kendaraan beroda empat jenis Grand Max ke daerah-daerah di wilayah Sulawesi Selatan, misalnya di Kabupaten Pinrang, Sidrap, Luwu, hingga Makassar.

Jenis cumi yang ditangkap di perairan Sendana, kabupaten Majene biasanya adalah yang kulitnya berwarna hitam. Ada juga cumi di perairan dekat dari pantai yang kulitnya berwarna putih, jenis ini juga berukuran besar namun tidak dijadikan komoditas untuk diburu, hanya untuk dijadikan komoditas bagi nelayan di sekitar pesisir pantai.

Cumi yang ditangkap nelayan Mandar di perairan kabupaten Majene memiliki ukuran beragam, ada yang berukuran cukup besar, panjangnya sekitar 60 cm ditambah bagian kepala sekitar 10 cm, sekilas mirip bayi manusia yang baru lahir. Untuk mendapatkan jenis cumi berukuran besar ini, nelayan biasanya menghabiskan tenaga sang cumi, butuh waktu 30 menit hingga cumi besar ini takluk

Untuk jenis cumi yang berukuran besar biasanya akan diolah dengan cara dipotong dalam bagian-bagian kecil, atau dibelah, dikeringkan, dijemur, lalu nantinya direbus. Saat direbus daging cumi yang tadinya kering jadinya akan lunak kembali, rasanya gurih dan lezat.

Cara Memancing Cumi

Memancing cumi bagi nelayan Mandar memiliki teknik sendiri, mata kail yang digunakan berbeda, bentuknya serupa jangkar, yaitu beberapa mata kail yang dijalin menjadi satu hingga membentuk serupa jangkar kecil. Umpan yang digunakan adalah daging cumi sendiri, jadi tak sulit untuk mendapatkan umpannya. Kemungkinan untuk ditangkap juga besar karena jumlahnya yang banyak. 

Teknik memancingnya adalah saat umpan telah disambar oleh cumi, maka sebaiknya segera ditarik ke atas permukaan, lapisan tubuh cumi yang lunak sangat mudah tersambar oleh mata pancing yang ujungnya runcing. Waktu memancing yang kadang hingga larut malam menjadi tantangan tersendiri bagi nelayan Mandar, bahkan ketika nelayan telah dilanda kantuk yang hebat, saat musimnya datang, maka cumi akan terus dan tak berhenti untuk memakan umpan. Kadang nelayan akan kekurangan tidur saat musim cumi datang, dari siang hari sampai malam hari mereka akan terus terjaga, atau mengubah jam tidur mereka, malam jadi siang hari, dan siang jadi malam hari.

Nelayan Mandar menandai perairan yang penuh dengan cumi saat arus kuat dan terdengar suara gemuruh atau gelombang sedang tinggi. Disamping itu cumi juga punya waktu tersendiri untuk menyambar umpan.  Jika bulan sedang terang maka biasanya cumi akan enggan memakan umpan begitupula saat cuaca tenang, maka cumi juga akan malas menyambar umpan. Berbeda saat laut sedang bergelombang dan berarus, maka cumi akan agresif memakan umpan, atau saat cuaca dan angin sedikit kencang maka cumi akan melakukan hal yang sama.  Cumi juga akan banyak ditemukan pada perairan yang semakin jauh dari bibir pantai. Waktu makan cumi yang berbeda dan lokasi koloninya yang jauh ke tengah laut inilah yang menjadi sumber risiko berbahaya bagi para nelayan Mandar, karena cumi banyak di tengah laut, di tengah gelombang tinggi, serta berarus. Hal ini yang menjadi penyebab hilangnya nelayan pemburu cumi di sepanjang perairan kabupaten Majene. 

Cara Berburu Cumi 

Cara berburu cumi bagi nelayan Mandar dilakukan dalam banyak jalan, ada yang menggunakan perahu bermotor mesin ganda tanpa penyeimbang (Palatto). Ini biasanya tunggal, digunakan oleh 1 orang atau 2 orang nelayan untuk berburu langsung cumi ke tengah laut, adapula yang menggunakan perahu berukuran besar yang mengangkut 5 atau 7 buah sampan, jika sampai ke titik lokasi cumi, baru kemudian sampan ini dilepas ditengah laut, perahu besar ini mirip kapal induk, dan sampan-sampan penyertanya adalah anak kapal. Sampan ini kemudian akan kembali ke perahu besar (kapal induk) jika telah mendapatkan banyak cumi. Saat malam hari kapal induk harus diberi penanda lampu untuk menjadi panduan bagi nelayan yang ada di sampan untuk kembali. Jika tak ada lampu, maka bisa saja mereka hilang dan tak dapat kembali ke kapal induk. 

Pemilik perahu besar biasanya berbeda dengan pemilik sampan, karena itu ada sampan yang biasanya "nebeng" ke perahu besar untuk menuju ke tengah laut. Jika 1 buah sampan mendapatkan cumi, dengan nilai transaksi hingga Rp 500.000 maka biasanya pemilik sampan akan memberikan ongkos ke pemilik perahu besar sebesar Rp 50.000 atau Rp 100.000 untuk sekali perjalanan menuju lokasi cumi

Perubahan Bentuk Perahu Pemburu Cumi

Dahulu perahu nelayan Mandar pemburu cumi pada tahun 2000-an rata-rata memiliki penyeimbang (Palatto), namun perlahan penyeimbang ini dipertanyakan,  dianggap membuat sebagai biang penyebab perahu terbalik. Karena itu perahu pemburu cumi saat ini diubah, penyeimbang dihilangkan, dan diganti dengan perahu tanpa penyeimbang. Penyeimbang dianggap mengagnggu saat gelombang tinggi datang, ini menjadi penyebab perahu menjadi rawan terbalik, jika sudah terbalik maka sulit untuk membuatnya menjadi dalam posisi normal kembali. Lain halnya dengan perahu tanpa penyimbang, ia menyesuaikan diri dengan gelombang tinggi. Saat gelombang datang ia mengikuti arah datang dan perginya gelombang, hingga menjadi tak mudah terbalik. 

Nelayan Mandar pemburu cumi yang sering terdengar hilang adalah di daerah Sendana, ini diakibatkan oleh arus di perairan Balombong hingga Sendana memiliki arus yang sangat kuat, belum lagi gelombang tinggi, hal ini yang membuat kasus nelayan hilang saat berburu cumi sangat tinggi. 

Dibalik mewahnya komoditas Cumi bagi nelayan Mandar ia juga menyimpan risiko tinggi kehilangan nyawa, betapa tidak, jika seorang nelayan harus bertaruh nyawa dan melawan gelombang tinggi di tengah laut untuk mendapatkan cumi. Hal ini yang seharusnya menjadi perhatian utama untuk mengedepankan keselamatan saat berburu cumi dibandingkan dengan mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah.

Tag : Leisure
0 Komentar untuk "Cumi, Barang Mewah Untuk Nelayan Mandar"

Selamat datang di website Tommuane Mandar.Com silahkan tambahkan komentar Anda

Back To Top